Kamis, 18 Desember 2014

Massa FUI,Aniaya Jama'ah Tarekat Samaniyah pengajian Ihya Ulumiddin pimpinan Syeikh Ahmad Arrifin,Di PN Medan













Medan-Sumut,Batavia Online News

Keberutalan massa FUI melakukan penganiayaan kepada salah seorang pengunjung sidang yang diketahui berasal dari Jama'ah Tarekat Samaniyah pengajian Ihya Ulumiddin  pimpinan Syeikh Ahmad Arrifin,bagaikan kesurupan syaitan,sebagai mana terlihat di dalam foto seorang mengenakan  Jubah dan berlobe putih serta berjenggot melakukan penganiayaan yang begitu beringasnya terhadap salah seorang yang di ketahui bernama Usman

Hal ini terjadi pada Sidang kasus dugaan penistaan agama yang di gelar di PN Medan, massa FUI membuat keonaran membuat sidang berakhir dengan kericuhan.kamis (18/12/2014) siang

Bahkan kelompok ormas dari FUI yang berada di Pengadilan Negri (PN) Medan dengan tiba-tiba menyerang salah seorang Jama'ah,Tarekat Samaniyah pengajian Ihya Ulumiddin pimpinan Syeikh Ahmad Arrifin bernama Usman  akibat pengeroyokan dan penganiaayaan tersebut Usman  mengalaimi luka serta lembam-lembam dibagian wajah serta tubuhnya

Kericuhan yang berdampak pada aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh Massa FUI terhadap Usman, salah seorang Jama'ah Tarekat Samaniyah pengajian Ihya Ulumiddin  pimpinan Syeikh Ahmad Arrifin. berawal saat Usman ketika itu tengah berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan Pengadilan Negeri Medan, tiba-tiba massa yang dibawa FUI menarik dan mengeroyok Usman.


"Usman kepada wartawan menceritakan mulanya usai menyaksikan sidang,Saya mau pulang,
sewaktu berjalan hendak mengambil mobil, pas lewat di gerbang utama, orang-orang FUI itu mencegat saya, terus mereka bilang "Ini dia."saya langsung dikejar dan dipukuli mereka."Ungkap Usman.
 
Hal senada juga disampaikan oleh Rico Purba SH, Ketua Lanah Matan, yang ketika itu berada di lokasi kejadian. Rico yang pada saat kejadian sempat merekam dari awal pengeroyokan tersebut membenarkan bahwa massa yang di bawa FUI secara membabi buta menyerang Usman


"Massa yang dibawa FUI ketika itu tengah berkumpul di gerbang masuk utama Pengadilan Negeri Medan. Korban ketika itu sedang berjalan sendirian mau mengambil mobilnya, tiba-tiba massa tadi mengeroyoknya,'pungkas Roco (Admin)

Minggu, 14 Desember 2014

JATMAN NU: FUI Sumut Jangan Provokasi Umat Islam

 










Medan-Sumut,Batavia Online News
 

Terkait sidang penistaan agama yang dituduhkan kepada Syekh Ahmad Arifin Al Haj, Pimpinan Pengajian Ihya Ulumiddin, Tareqah Sammaniyah meminta berbagai pihak, khususnya Forum Umat Islam agar tidak memanaskan situasi dan FUI Sumut jangan membuat Provokasi Umat Islam,

 Hal ini ditegaskan Ketua Lajnah Matan Jam’iyyah ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) PW Sumatera Utara, Rico Purba.SH, kepada wartawan di Medan, Minggu (14/12/2014).

Menurut Rico, persidangan yang telah berjalan lebih kurang 3 bulan ini, semakin hari semakin banyak membuktikan berbagai kebohongan. Proses persidangan ini diharapkan tetap berjalan dalam koridor hukum yang berlaku dengan tetap berlandaskan pada kajian Al Qur’an dan Sunnah Rasul.

Begitu juga dengan persoalan bukti berupa rekaman dalam VCD yang akan diajukan oleh Indra Suheri, Ketua FUI Sumut, pada persidangan Kamis mendatang. “Silahkan saja, kami juga punya rekaman yang sama dan lebih lengkap tanpa ada potongan gambar,” demikian ujar Rico yang mengaku sebagai muallaf dan masuk Islam di bawah bimbingan Syekh Achmad Arifin Al Haj.

Menurut Rico, pihaknya mengetahui dengan persis siapa yang bermain dibalik penistaan ini. Bahkan kepentingan siapa yang dibela dari kasus ini sudah diketahui dengan baik.

“Informasi yang kami terima, baik dari Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) PB NU dan informasi yang kami terima dari pihak lainnya juga menjelaskan upaya FUI Sumut sebagai upaya mempolitisir dengan mengkriminalisasi Syekh Ahmad Arifin Al Haj,” ujarnya.

Terkait hal itu, Rico meminta semua pihak agar mengawal jalannya proses hukum secara baik dan benar.  “Kalau perlu mari kita sama-sama menjaga dan mengawal proses tersebut agar berlangsung objektif dan fair play,” kata Rico.

Jangan Adu Domba Umat Islam

Pada kesempatan yang sama, peringatan kepada FUI Sumut agar tidak menggangu dan mengintervesi organisasi lain juga disampaikan Kholid, SH, salah seorang pengurus LBH PB NU.

Hubungan antara PBNU dan PWNU murni urusan internal organisasi. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan FUI Sumut. Jadi FUI Sumut jangan coba-coba intervensi karena dia bukan bagian dari organisasi NU. Bahkan PBNU, sesuai dengan hasil investigasi JATMAN PBNU selama beberapa bulan telah menegaskan tidak ada yang salah dalam ajaran Thareqah Sammaniyah yang dipimpin Syekh Ahmad Arifin Al Haj.

“Jadi, kalaupun ada individu dari PWNU yang terlibat dalam upaya mengkriminalisasi Syekh Ahmad Arifin Al Haj, hal itu bersifat individu, bukan keputusan organisasi ,” tegas Kholid. Kholid juga menjelaskan bahwa hasil investigasi tersebut telah ditandatangani oleh 5 orang tim investigasi, 5 orang pengurus Idaroh Aliyah JATMAN PBNU dan Ketua Umum PBNU Prof.Dr.KH Said Aqil Siroj, MA pada 27 November 2014 lalu.

Seperti diketahui Jatman adalah organisasi otonom di bawah Pengurus Besar NU. Organisasi bertugas melakukan pembinaan dan perlindungan kepada puluhan pengajian dan aliran thareqah di Indonenesia.  Jadi, kelima orang yang menjadi anggota tim investigasi PB JATMAN NU antara lain Prof Dr KH Abdul Hadi, MA, DR KH M Hamdan RAsyid, MA, KH Wahfiyuddin Sakam, MBA, Dr H Ali M Abdillah, MA, Dr H Dwi Sissaptoro, MM.

Sedangkan dari Idaroh Aliyah JATMAN yang menandatangani keputusan hasil investigasi tersebut antara lain KH Abdul Mut’hy Nurhadi, KH Muhammad Masroni, KH Habib M Luthfy Ali Bin Yahya dan KH Ahmad Zaini Mawardi.

Menurut Wakil Sekjen Idaroh Aliyah JATMAN PBNU, Dr H Dwi Sissaptoro, MM, keputusan ini diambil oleh para ulama-ulama yang sudah teruji. “Tim investigasi yang dipimpin Prof Dr KH Abdul Hadi MA dan kawan-kawan yang melakukan investigasi ini bukan ulama-ulama cendol. Mereka ahli di bidangnya,” tegas Dwi.

Untuk itu, ia pun mengingatkan berbagai pihak agar jangan mencampuri urusan internal Nahdlatul Ulama (NU).  “Terutama Indra Suheri. Dia bukan bagian dari NU dan juga bukan penganut Ahlul Sunnah Wal Jama’ah,” tegas Dwi.

Hal ini dinilai berdasarkan kesaksian yang disampaikan Kordinator Komisi Fatwa MUI Sumut, Ramlan Rangkuti. Dalam kesaksiannya di persidangan PN Medan pada Kamis (11/12) pekan lalu, ia hanya mengakui hukum dalam ajaran Islam hanya berdasarkan Al Qur’an dan Hadist. Sementara Ijma Uluma dan Qiyash tidak diakui karena dianggap sebagai pendapat orang biasa.

“Bayangkan dia itu pejabat MUI, pendapat ulamapun tidak diakuinya. Apakah itu sepaham dengan ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Mohon direnungkan kembali,” kata Faisal Al Mandily, Wakil Katib JATMAN PWNU Sumut.

Desak Kejatisu

Sementara itu, Jonizar, SH, salah seorang jama’ah Thareqah Sammaniyah, meminta kepada pihak Kejaksaan Tinggi Sumut agar segera melimpahkan berkas Indra Suheri dan Ahmad Saukani yang kini berstatus tersangka ke Pengadilan Negeri Medan. Sebab, berkasnya telah dikirimkan oleh pihak kepolisian.

Indra dan Saukani dijadikan tersangka dalam kasus penculikan, pencurian dan penganiayaan Jamaah dan penyerangan rumah ibadah Pengajian Ihya Ulumiddin Thareqoh Sammaniyah di Jalan Karya Bhakti Medan pada awal 2014 lalu.

“Kita tidak tahu apa yang ditunggu Kejaksaan Tinggi kenapa kasus tersebut belum juga dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri. Padahal ini, adalah kasus pidana yang tegas dan terjadi dihadapan kepolisian,” katan Jonizar.

Untuk itu, ia meminta agar kejaksaan sesegera mungkin melimpahkan berkas Indra Suheri agar proses hukum berjalan dengan baik.  (Rel/Admin)

Kamis, 04 Desember 2014

Kisah Gadis yang Rela Di Tiduri Kapolsek Demi Bebaskan Ibu,

Kisah gadis cantik yang mengaku rela ditiduri Kapolsek Pangkalan Brandan, AKP M Sofyan Sinaga demi pembebasan ibunya, semakin menarik untuk diikuti.

CM dan ibunya mengungsi pascamerebaknya pemberitaan seputar pengakuannya yang rela ditiduri Kapolsek Brandan, AKP M Sofyan Sinaga. Dan kata wanita berparas manis, berkulit putih, berambut panjang ini, peristiwa bermula dari hari ke lima ibunya meringkuk di balik penjara. Katanya, Puput datang menemuinya. Puput adalah orang yang mengadukan ibunya hingga dijebloskan ke penjara

Inilah hasil wawancara POSMETRO MEDAN dengan CM yang akhirnya mengungsi bersama ibunya ke Kota Pangkalan Brandan, Kamis (18/3) malam.

CM dan ibunya mengungsi pascamerebaknya pemberitaan seputar pengakuannya yang rela ditiduri Kapolsek Brandan, AKP M Sofyan Sinaga. Dan kata wanita berparas manis, berkulit putih, berambut panjang ini, peristiwa bermula dari hari ke lima ibunya meringkuk di balik penjara. Katanya, Puput datang menemuinya. Puput adalah orang yang mengadukan ibunya hingga dijebloskan ke penjara.

“Dek, ayo ke polsek. Kapolsek menunggu,” kata CM membuka pembicaraan, mengulangi ucapan Puput, lawan ibunya berperkara itu.

Berbalut baju daster terusan merah putih, CM melangkah bersama Puput ke Polsek Pangkalan Brandan. Setiba di sana, Puput memberitahu kedatangan mereka dari pintu ruangan kerja AKP Sofyan. Tapi karena masih ada tamu, kapolsek menyuruh menunggu. Puput pun pergi entah ke mana, sedang CM menemui ibunya di balik sel sembari menunggu panggilan.

Tak lama bercengkrama dengan ibunya, CM dipanggil Oga, ajudan AKP Sofyan Sinaga. CM lalu diantar menemui kapolsek. Waktu itu, kata CM, di meja penjagaan tepat berada di depan pintu ruangan kapolsek, hanya ada petugas bernama Surasdianto. Begitu menghadap kapolsek, Oga keluar dari ruangan. “Kapolsek langsung menutup pintu dan menguncinya,” kata cewek yang selalu melempar senyum selama kedatangan POSMETRO MEDAN.

Waktu itu, CM duduk di kursi tamu di depan meja kerja AKP Sofyan Sinaga. Sedang kapolsek duduk di kursinya. “Kapolsek langsung nanya, siapa deking kami dalam kasus mamak,” katanya.

Inilah beberapa pertanyaan yang diajukan POSMETRO MEDAN kepada CM.

PM: Pakaian apa yang dikenakan kapolsek waktu itu?

“Celana coklat,” jawab CM.

PM: Bukan pakaian dinas polisi?

“Bukan. Celananya yang ada kantong di samping itu,” katanya sedikit bingung menerangkan.

PM: Apakah pakaian yang sering dikenakan Brimob?

(CM tak langsung menjawab. Kepalanya menengadah ke atas seperti berfikir mengingat-ingat. Tapi tak bisa menjawab pasti)

PM: Kalau begitu, apa baju yang dipakai?

“Baju kaos oblong,” jawabnya lagi-lagi sangat singkat.

PM: Warna bajunya?

(CM juga tak langsung menjawab. Dia mengaku tak ingat pasti)

PM: Warna gelap atau terang?

“Nggak gelap, tapi nggak terang juga,” jawabnya dengan penuh ragu.

“Abis sudah tiga bulan lalu kejadiannya,” tambah wanita yang memiliki beberapa tahi lalat di wajahnya itu.

PM: Setelah bertanya soal deking, apalagi yang terjadi?

“Aku disuruh memijit,” jawabnya.

PM: Anda mau memijitnya?

“Tadinya Aku nggak mau. Tapi kata kapolsek, kalau mau mamak Aku keluar, Aku harus menurutinya. Makanya aku jadi mau memijitnya.

Padahal sudah aku bilang, aku bukan tukang pijit.’

PM: Anda yang mendatangi atau didatangi?

“Aku yang datang ke tempat duduknya. Baru Aku pijit pundak sebelah kanannya, Aku langsung dipeluk dan didudukkan di pangkuannya. Tapi Aku langsung berdiri. Aku bilang nggak mau.’

PM: Selanjutnya apa yang terjadi?

“Kapolsek langsung berdiri dan merangkul bahuku. Aku dibawanya ke tempat duduk sofa. Di situ, Aku ditidurkannya. Aku disuruhnya diam kalau mau mamak ke luar.’

PM: Anda tak berontak?

“Nggak bisa. Badannya besar. Aku cuma bisa nangis dan tutup mata.”

PM: Apa yang dilakukan kapolsek?

“Aku langsung digituinya.”

PM: Loh! bukannya kapolsek masih pakai celana?

“Ya dibukanya dululah bang,” katanya tersenyum.

PM: Waktu dibukanya, warna apa celana dalam si kapolsek?

“Nggak tahu. Nggak ingat Aku. Karena ‘anunya’ dikeluarkan dari samping sempaknya,” jawabnya sedikit membingungkan.

PM: Selanjutnya apa lagi yang terjadi?

“Celana dalam aku dilepaskannya. Kakiku dikangkangkan.”

PM: Memangnya anu kapolsek langsung hidup?

“Nggak bang. Setengah hidup.”

PM: Nembak dalam atau luar?

“Nembak dalam bang.”

PM: Loh, jangan-jangan Anda sudah hamil?

“Nggak. Soalnya langsung disuntik anti hamil sama mamak.”

PM: Oh. Lalu apa lagi yang terjadi?

“Aku disuruhnya jongkok di lantai, biar spermanya keluar. Begitu

keluar, Aku disuruh membersihkan pakai tisu. Kapolsek juga membersihkan kemaluannya pakai tisu yang dibasahi. Lalu Aku disuruh membuang ke tong sampah.”

PM: Oh yah, maaf sebelumnya, kata kapolsek Anda wanita murahan?

“Nggak bang. Dia yang justru melacurkan aku karena perbuatannya.

Lagian aku kan punya suami. Namanya Zakaria, orang padang yang buka usaha di Malaysia. Umurnya 49 tahun. Aku sudah menikah sejak tahun 2007

lalu. Tapi sudah setahun ini suamiku merajuk karena cemburu.’

PM: Ketemu di mana dengan suami?

“Ketemu waktu aku kerja di Malaysia dulu.”

PM: Dengar kabar, Anda sering dugem ke Medan?

“Yah itu dengan suami.”

PM: Bukan melacur?

“Nggaklah bang. Kami sering ke Medan kalau dia pulang dari Malaysia.

Di Medan kami enjoy.”

PM: Maksudnya dugem?

“Ia. Kami sering ke Tobasa. Kami juga sering nginap di hotel.”

PM: Informasinya, anda juga sering masuk dan enjoy di diskotik Lee Garden?

“Nggak pernah.”

PM: Tapi itu yang disebut beberapa orang pada kami. Benar atau tidak?

“Aku sering ke situ kalau sudah ketinggian. Jadi nyambungnya ke situ.”

PM: Berarti benar Anda pemakai narkoba?

“Ia bang. Tapi kan sama suami. Makanya Aku juga ditakut-takuti

gara-gara itu. Kayaknya Aku mau dijebak. Soalnya ada BeDe (bandar

sabu-red) yang menelepon Aku pakai nomor lain. Tapi Aku kenal betul

suaranya.”

PM: Apa kata BeDe itu?

“Dia mincing-mancing Aku ngajak pompa (nyabu-red). Tapi mana mungkin Aku mau.”

Mendengar CM sangat fasih dengan istilah para pengguna sabu-sabu,

pertanyaan selanjutnya mengarah ke soal penggunaan barang haram itu.

PM: Jangan-jangan ngajak CK (patungan uang-red)?

“Mana mau kami CK. Kami sering beli sendiri kok,” jawabnya.
Labels: Kapolsek Brandan AKP M Sofyan

Senin, 01 Desember 2014

Oknum Polisi Polres Deli Serdang ,Diduga Aniaya Tahanan Hingga Tewas



Medan-Batavia Online News

Diduga tewas karena disiksa petugas Polres Deliserdang,
 jasad Sofian Lubis (37) warga Jalan Irian, Lorong III,
Gang Aman,Kec Tanjung Morawa,Kab Deliserdang,
Provinsi Sumatera Utara kini tengah menjalani autopsi di ruang jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan.

Sejumlah keluarga dan kerabat korban yang datang dari Deliserdang, terlihat hilir mudik di depan ruang jenazah. Isteri korban ketika diwawancarai wartawan masih tampak syok melihat suaminya telah tewas.

Wanita ini belum percaya bahwa suami yang telah memberikannya tiga orang anak telah meninggal dunia dalam keadaan tidak wajar.

“Setelah ditangkap, kami sempat jumpa sama dia (korban). Tapi wajahnya sudah nampak babak belur,” ungkp Sri Gustina (29) di depan ruang jenazah, RSUD Pirngadi Medan,Senin (01/12/2014).

Menurutnya, setelah ditahan petugas Polres Deliserdang, pihak keluarga sama sekali tidak diperkenankan untuk bertemu dengan korban. Bahkan, kata istri korban, saat itu polisi hanya memberikan surat penahanan. “Setelah ditahan, hari Sabtu (29/11/2014), kata polisi suami saya sudah di rumah sakit. Di situ dia sudah enggak bisa apa-apa,” sebutnya.

Sementara itu, setelah berada di ruang jenazah RSUD Pirngadi Medan, jasad korban kemudian dibersihkan. Pihak rumah sakit pun meminta izin untuk mengautopsi jasad korban.(S)

Senin, 27 Oktober 2014

DAN LANUD EKSEKUSI RUMAH DINAS TNI AU DI SARI REJO


 DANLANUD SOEWONDO
 Danlanud Soewondo,
 Kolonel Pnb Surya Chandra Siahaan

Komandan Pangkalan Angkatan Udara (Danlanud) Soewondo, Kolonel Pnb Surya Chandra Siahaan menanggapi keberatan warga yang tak rela digusur, dari rumah dinas TNI AU di Jalan Karang Sari I, Karang Sari II dan Antariksa/Pemancar Kel. Sari Rejo Kec. Medan Polonia. Dijelaskannya, bahwa sebelum dilakukan eksekusi pihaknya sudah melalui beberapa pertimbangan.
“Kami sudah mencari tahu sebelumnya, bahwa rumah-rumah yang kami tarik pemiliknya ada rumahnya di luar. Nggak mungkin kami setega itu. Kami sudah cek Mohd Riduan ada rumahnya di daerah Deli Serdang, cuma di tempati anaknya. Barangnya kan kita bawa semua ke sana,” jelas Surya Chandra.
Eksekusi yang dilakukan diterangkannya, untuk mengakomodir seluruh personel yang belum memiliki rumah dinas. Bahkan ada yang sudah 19 tahun bekerja belum memiliki rumah. “Rumah itu tidak akan jatuh ke pihak ketiga. Kami pastikan itu,” tukasnya sembari menampik munculnya isu kalau tanah kompleks akan dibangun perumah mewah.
Pihaknya berencana akan melakukan pengosongan terhadap 100 rumah dinas dan sudah belasan rumah berpindah tangan. Surya juga mengatakan bahwa ada kompensasi yang diberikan kepada penghuni lama. Namun, yang terjadi pada Mohd Riduan kemarin, disebutkan lantaran Riduan meminta dana kompensasi sebesar Rp300 juta.
“Mau uang darimana Rp 300 juta. Ada belasan penghuni lama yang sadar untuk pindah menerima kompensasi uang dari penghuni baru. Namun, nilainya tidak sampai ratusan juta. Ada Rp 8 juta ada Rp 30 juta,” ungkapnya.
Surya juga menegaskan bahwa pihaknya sudah memenangkan kasus tanah tersebut di Mahkamah Konstitusi. “Itu lah, mereka tidak update. Kita yang menang,” jelasnya.
MENGADU KE LBH
Sementara itu, puluhan warga yang menghuni rumah dinas TNI AU di Jalan Karang Sari I, mendatangi kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan untuk mengadukan penggusuran dan pengosongan paksa rumah dinas yang dilakukan pihak TNI AU, Rabu (22/10) kemarin.
Menurut Bayu Sukoco selaku Perwakilaan warga Komplek TNI AU, mengatakan kekecewaannya lantaran pada saat dilakukan eksekusi, di salah satu rumah warga ada kemalangan, namun pihak TNI AU masih tetap melakukan pengosongan paksa.
“Kemarin ada warga disana yang meninggal, dan kami meminta waktu 1 hari untuk menunda karena kemalangan, tetapi pihak TNI tidak menggubrisnya dan masih tetap melakukan pengosongan,” katanya.
Alasan warga untuk meminta perlindungan hukum atas tindakan pihak TNI yang dianggap sudah semena-mena. “Tujuan kami kemari meminta perlindungaan hukum atas tindakan semena-mena yang dilakukan oleh pihak TNI AU Pangkalan Soewondo Medan terhadap warga purnawirawan Karang Sari Medan atas pengosongan rumah dinas secara paksa yang sudah ditempati 30-40 tahun terakhir,” ungkapnya.
Sebelum dilakukan eksekusi, dirinya mengaku kalau warga sudah ada menerima surat untuk pengosongan sebanyak 3 kali. “Untuk 107 purnawirawan sudah menerima peringatan pertama 7 Agustus, tentang penertiban rumah. Terus 29 September, dan 18 Oktober, penertiban ketiga,” terangnya.
Namun walaupun begitu dirinya mengatakan kalau memiliki moratorium dari Hankam.
Adanya moratorium dari Hankam, hibah Kesultanan Deli 2001 dan sudah di notaris di PN Medan,” terangnya.
Menanggapi laporan itu, Koordinator Bantuan Hukum, Ismail Hasan Koto,SH, mengecam pengusiran terhadap para purnawirawan Komplek TNI AU yang tidak mencerminkan keadilan bagi masyarakat.
“Kami sangat menyesalkan atas pengusiran terhadap para purnawirawan dan kami kualifisir adalah perbuatan illegal dan melanggar azas keadilan yang digaungkan dalam sila ke-V, bahwa setiap rakyat berhak mendapatkan keadilan,” jelasnya.
Kemudian dirinya juga mengatakan kalau keadilan ini mengacu terhadap UU No. 39 Tahun 1999, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4, pasal 8 dan Pasal 36 ayat 2. “Bahwa dalam pasal-pasal tersebut adanya hak-hak yang tidak boleh dirampas dengan sewenang-wenang, dan HAM adalah terutama menjadi tanggung jawab pemerintah,” terangnya.
Lanjutnya kalau pihaknya terlebih dahulu akan melakukan investigasi
“Kita akan melakukan investigasi dulu kemudian membuat pengaduan ke Komisi HAM, Panglima TNI, DPR RI, dan Presiden RI menuntut responnya dalam massa 100 hari kerjanya atas tindakaan arogansi aparat militer,” jelasnya.
Sebelumnya, ratusan personil dari TNI AU melakukan pengosongan paksa rumah-rumah dinas di Komplek milik Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Soewondo Medan. Dalam pengosongan paksa tersebut, salah satu rumah warga milik M. Ridwan berhasil dieksekusi walaupun mendapatkan perlawanan warga sekitar.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Bupati Deli Serdang Jangan Tutup Mata, Pembagunan proyek PT Mega City Diduga Langar aturan












Foto Internet


Deli Serdang-Sumut,Batavia Online News

Terkait pembangunan Proyek Mega City di Jalan Besar Tembung Bandar Kalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tampaknya Pemerintah Deli Serdang yakni Bupati Ashari Tambunan sepertinya melakukan pembiaran dan tutup mata,Sumbat Telinga,dan Tutup Mulut pasalnya pembangunan Proyek tersebut serat dengan KKN dan tidak mensejahterakan Masyarakat sekitarnya.



Hal ini di katakan Aktifis Ketua LSM Masyarakat Anti Korupsi (MARAK) Deli Kabupaten Serdang berinisial. Abdul ajis Nas SS Kepada Media Sang Merah Putih Onlines.Com,Sabtu (4/10/2014) siang di Tembung,bahwa menurutnya pembangunan Proyek Mega City jelas telah merungikan Masyarakat Deli Serdang karana jalan yang selama ini bisa di lalui Masyarakat kini tidak dapat di lalui karna tertutup oleh pembangun Proyek Mega City.



Bahkan Aktifis LSM Marak sangat menyesalkan sikap pemerintah Deli Serdang yang telah di pilih oleh Masyarat untuk menduduki jabatan orang no satu di Kabupaten Deli Serdang seolah-olah menutup mata,menyumbat telinga,dan merapatkan mulutnya,apakah pimpinan seperti itu yang diharapkan Masyarakat,membiarkan masyarakatnya dalam kesulitan tidak dapat melewati jalan yang selama ini mudah di lalui dan saat ini tidak bisa lagi di lalui lagi,"Jelasnya



Selain itu,Proyek tersebut Menurut apa yang kita telusuri bersama Masyarakat jelas mengadung unsur kolusi, untuk lebih jelasnya diProyek teesebut telah ditemukan data bahwa jalan masyarakat yang biasa dilalui kini tertutup,dan Proyek tersebut tidak memiliki Amdal serta IMBnya tidak jelas,bahkan yang lebih parahnya lagi bibir sungai dibeton hinga mengecil. dan semua ini untuk kedepannya akan menjadi presiden buruk terhadap lingkungan masyarakat disekitarnya,"ujarnya



Dan kami atas nama Masyarakat meminta kepada Bapak bupati Deli Serdang jangan menutup mata,"bukankah Bapak mempunyai mata,mempunyai telinga,mempunyai mulit" sehingga bapak melakukan pembiaran dilaksanakannya pembangunan Proyek ini.dan kami rasa bapak selaku Bupati,yang dipilih oleh Masyarat Deli Serdang dapat berfikir dampak yang dapat di alami masyarakat Deli Serdang kedepannya.dengan pembangunan yang dilaksanakan oleh PT Mega City yang mana diduga melangar daerah aliran sungai (FAS)



Atas Nama Masyakarat kami LSM Masyarakat Anti Korupsi (MARAK) Deli Kabupaten Serdang
Meminta aparat terkait dan penegak hukum yang berada disekitar lokasi agar mengambil tindakan hukum tegas ujar abdul ajis nas sembari menambahkan bahwa Proyek tersebut Diduga telah teerjadi kolusi antara PT Mega City dengan aparatur pemerintah



Lanjutnya, Yang mana Proyek tersebut telah melangar UU No 28 tahun 1999 tentang penyelengara negara yang bersih terbebas dari korupsi,kolusi dan nepotisme tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau kooporasi ,yang menyalah gunakan wewenang dan kesempatan dan sarana yang ada padanya arena jabatan atau kedudukan yang dapat merugika keuangan negara atau perekonomian negara sesuai undang undang no 20 tahun 2001 yang mana setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu koorporasi menyalahgunakan wewenang kesempatan atau sarana yang ada pada dirinya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara . Undang undang no18 tentang jasa kontruksi,"bebernya



Dengan Ini Masyarakat melalui LSM MARAK dengan tegas mendesak kepada PT Mega City agar segera mungkin melakukan klarifikasi agar masalah ini jelas, masyarakat dan publik tanpa ada yang ditutup-tutupi dan kami juga mendesak kepada pihak yang memiliki kapasitas serta kompetensi dalam hal ini agar dapat berlaku adil dan bijaksan menyikapi permasalah ini ," pungkas Abdul Ajis Nas (Alb/Admin)










Senin, 25 Agustus 2014

Pak Gubsu, Gatot Pujo Nugroho Berekilah Di Wawancarai Tentang Poligami



















Medan-Batavia Onlines News

 Pria mirip dirinya dengan seorang perempuan YANG FOTONYA  dibawa-bawa oleh massa Cipayung Plus dalam demonstrasi di DPRD Sumut, Senin (11/8) lalu, dan beredar di dunia maya, Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho sempat sulit ditemui.Akhirnya, beliupun  mau diwawancara saat dijumpai pada acara Ramah Tamah dan Silaturahim dengan Para Janda Perintis Pejuang Kemerdekaan di rumah dinas Gubernur, Kamis (14/8). Melalui petugas protokoler, Gatot meminta wartawan untuk mewawancarainya di dalam rumah.


poligami, Gatot berkilah.


"Persoalan Sumatera Utara jangan dibawa ke persoalan pribadi. Kita masih bermasalah," katanya.


Gatot lalu mengalihkan topik wawancara ke berbagai topik aktual, termasuk persoalan krisis listrik dan jalan tol di Sumatera Utara. Dia bertutur mulai dari perbincangan via telepon dirinya dengan Menko Perekonomian Chairul Tanjung sampai tentang perkembangan proyek Tol Kualanamu-Tebingtinggi dan Tol Trans-Sumatera.


Saat wartawan mencoba kembali bertanya tentang kebenaran rumor dirinya berpoligami sampai menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat, termasuk orang-orang di partainya sendiri, Gatot kembali berkilah.


"Persoalan Sumatera Utara dulu," katanya sambil berlalu.


Namun, saat ada wartawan yang menanyakan topik lain kepadanya, Gatot pun berhenti dan menjawab. Kemudian, ketika ada yang kembali bertanya tentang dugaan poligami dan foto tersebut, Gatot kembali berkilah dan berjalan.


"Persoalan Sumut jauh lebih besar," ujarnya.


Diketahui, rumor soal beredarnya foto mirip Gubernur Sumatera, Gatot Pujo Nugroho dengan seorang wanita yang diduga istrinya selain Sutiyas Handayani Gatot Pujo Nugroho, semakin meluas. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan masih bungkamnya orang nomor satu di sumut ini (Admin)
:

Kelompok Cipayung Plus Bagi-Bagi Foto Gubernur Sumut Dengan Wanita Cantik Berbaju Gamis Hitam











Medan- Batavia News

Empat Elemen mahasiswa dari Kelompok Cipayung  berunjuk rasa di Gedung DPRD Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Jalan Imam Bonjol, Medan, Senin (11/8/2014). Para Mahasiswa ini menyoroti kasus korupsi di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara sembari membagi-bagikan Foto Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho bersama seorang wanita cantik yang terlihat lagi bermesraan


Dalam aksinya  mahasiswa yang berasal dari berbagai organisasi  kampus seperti HMI, GMNI,IMM, HIMMAH ini, memaparkan foto kemesraan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho bersama seorang  wanita cantik berbaju gamis hitam


Tidak hanya memperlihatkan lembaran foto, mahasiswa juga membagikan salinan foto-foto itu kepada pegawai, polisi dan Anggota dewan,serta masyarakat yang melihat aksi mereka tersebut


Terlihat  foto Gatot dan wanita di dalam kamar, serta satu foto yang memperlihatkan Gatot Pujo Nugroho memakai jaket kulit berwarna hitam berpose mesra dengan wanita cantik


Selain itu para Mahasiswa meminta aparat penegak hukum memeriksa Gatot terkait dugaan tindak pidana korupsi dan kepada DPRD Sumut mereka merekomendasikan agar meneruskan hak interpelasi dan hak angket untuk Gatot Pujo Nugroho , karena Gatot telah menyalahi peraturan jabatan yang diembannya


Aksi puluhan mahasiswa ini diterima Anggota Komisi A DPRD Sumut Syamsul Hilal. Dihadapan mahasiswa, Syamsul menyatakan mendukung sikap mahasiwa. Namun terkait foto yang dibeberkan mahasiswa, Syamsul enggan menyikapinya karena urusan pribadi. Namun menurutnya jika foto itu benar maka Gatot  Pujo Nugroho sudah menyalahi kode etik pejabat negara


Usai menyampaikan orasinya, massa Kelompok Cipayung Plus akhirnya membubarkan aksinya dan para Mahasiswa berjanji akan menyebarkan foto-foto ini kepada seluruh anggota dewan,dan Masyarakat. (Admin)

Poldasu Gelar Kasus Pengrusakan Yang Dilakukan Kasat Reskrim Polresta Binjai AKP Revi Nurvelani













 

Medan,Batavia Onlines News

Setelah 5 bulan laporan dinanti korban, akhirnya laporan dugaan kasus pengrusakan rumah dan pencurian anjing yang dilakukan Kasat Reskrim Polres Binjai, AKP Revi Nurvelani dan 10 anggotanya mendapat respon penyidik Polda Sumatera Utara. Kasus yang mencoreng citra kepolisian Republik Indonesia (RI) ini digelar diruang Aula lantai II, Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Poldasu, Rabu (20/8) siang.


Pantauan wartawan, dalam gelar yang dipimpin langsung Kabag Wasidik Ditreskrimum Poldasu, AKBP Togu Simanjuntak berlangsung singkat. Namun AKP Revi Nurvelani sebagai terlapor tidak hadir dalam gelar tersebut, melainkan diwakili Kanit Ekonomi Polres Bijai, Iptu Rudi Lapian yang terlibat dalam pengrusakaan itu.


Mei I (44) sebagai pelapor saat ditemui wartawan mengatakan kedatangan dirinya ke Mapoldasu memenuhi panggilan wasidik Poldasu atas mulai digelarnya kasus pengrusakan rumahnya pada maret 2014 lalu. Namun menurutnya, gelar yang dilakukan belum tuntas dan akan dilanjutkan pada gelar berikutnya. "Gelar akan dilanjutkan, menunggu surat yang dilayangkan wasidik kembali kesaya. Karena alasan mereka (wasidik) saksi keduabelah pihak harus dilengkapkan," sebut Mei I usai gelar pada wartawan.


Mei I menambahkan, dalam gelar berlangsung dirinya menyanyangkan kepada pihak wasidik yang percaya atas pernyataan Iptu Rudi Lapian yang mengaku, AKP Revi Nurvelani dan 10 anggotanya tidak pernah melakukan pengrusakan dan pencurian saat memasuki rumah Mei I saat dilakukan penggerebekan. Namun Iptu Rudi Lapian mengaku mereka benar memasuki rumah Mei I dengan cara memanjat tembok dengan membawa surat perintah.


"Kita harap Polisi janganlah selalu menutupi kesalahan rekannya dan selalu ada pembelaan untuk Polisi bersalah, tolong Bapak Kapoldasu, Irjen Pol Sarief Gunawan untuk memperhatikan suara masyarakat yang selalu terzolimi. Karena sampai sekarang ini Indonesia belum ada Polisi masuk rumah tanpa permisi dan melakukan pencurian serta pengrusakan ditindak, padahal memang tidak menjadi rahasia umum lagi kalau Polisi sering melakukan pencurian saat bertugas, namun saat masyarakat buat laporan juga tidak ada hasilnya, karena kalau ada Polisi bersalah pasti masyarakat yang selalu disalahkan," sebut Mei I, yang juga mengatakan kalau Polisi masuk kerumah orang dalam bertugas, seharusnya permisi terlebih dahulu.



Selain itu Mai I juga mengatakan,coba saja seluruh Polisi yang ada di Indonesia ini mau jujur,untuk mempublikasikan berkas pengaduan masyarakat terhadap kesalahan Polisi yang melakukan kesalahan tindakan kriminal,sebagai mana yang saya alami ini,bahwa jelas di rumah saya Kasat Reskrim Polres Binjai AKP Revi Nurvelani  bersama 10 orang anggotanya,melakukan pengrebekan tanpa diketahui pemilik rumah,dan lebih parahnya lagi dalam pengrebekan tersebut di duga Kasat Reskrim Binjai  AKP Revi Nurvelani  bersama 10 orang anggotanya itu melakukan pencurian, dan pengrusakan,apakah itu di benarkan menurut undang-undang atau hukum yang berlaku di negara ini,"ungkap Mei I sembari mengatakan hendaknya Polisi janganlah menindas dan bembohongi masyarakat,tegakkanlah kebenaran dan jangan tegakkan pembenaran,bukankah suatu saat nanti polisi juga akan kembali ke masyarakat.



Sementara Kabag Wasidik Ditreskrimum Poldasu, AKBP Togu Simanjuntak saat ditemui wartawan mengatakan gelar untuk sementara ditunda dan dilanjutkan kembali pada jadwal berikutnya. "Jadi gelar memang belum tuntas, karena saksi dari pihak pelapor harus dihadirkan yang menjadi bahan pertimbangan nantinya," jelas Togu.


Disinggung melihat dari kasus ini, apakah indikasi pengrusakan dan pencurian itu memang benar dilakukan AKP Revi Nurvelani dan 10 anggotanya, Togu mengatakan untuk sementara kebenaran itu. Belum terang. "Untuk sementara yah, kita lihat dari BAP yang dihadirkan, disitu bukti ada pengrusakan dan pencurian tidak kuat, jadi untuk sementar mungkin, AKP Revi Nurvelani dan anggotanya tidak ada melakukan pengrusakan. Namun, kita bisa lihat nanti hasil gelar berikutnya setelah saksi dihadirkan, dan kebenaran itu nanti pasti kita tau," sebut perwira Melati Dua dipundak itu seraya berjalan kecil meninggalkan wartawan.


Diberitakan sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Binjai, AKP Revi Nurvelani dilaporkan ke Polda Sumut terkait pengerusakan rumah di Jalan Petai no 27 Lingkungan IV Kelurahan Jati Utomo Kecamatan Binjai Utara, milik Meii (44). Laporan tersebut tertuang pada no : LP/306/IV/2014/ SPKT III, tanggal 10 maret 2014 tentang terjadinya tindak pidana melakukan kekerasan terhadap barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 406 KUHPidana.


Pada wartawan Mei I mengisahkan, pengerusakan rumahnya terjadi pada, Selasa (4/3) jam 17.00 wib, saat pengerebekan yang dilakukan 10 personil Polres Binjai ke rumahnya yang dipimpin langsung Kasat Reskrim Polres Binjai, AKP Revi Nurvelani dengan alasan mencari Sidong (32) adik kandung dari Meii, dengan tuduhan telah melakukan pengoplosan pupuk bersubsidi.


"Saya tidak tau apa masalah Sidong sama Polisi sehingga ia mencarinya, tapi masalahnya Sidong tinggal tidak sama saya, tapi tinggal di Perumahan Permai Indah, pasar 2 Tandem kenapa rumah saya yang digerebek dan dirusak Polisi," jelas Meii pada wartawan saat pemanggilan pertamanya di gedung Dit Reskrimun Poldasu Rabu (23/4/2014) sore.


Sebut Meii, penggerebekan yang dilakukan Polisi itu sangat tidak bermoral, selain tidak menunjukan surat penangkapan mereka melompati pagar dan merusak CCTV serta lampu - lampu depan rumah. Mirisnya lagi, bukan saja pengerusakan yang dilakukan personil Polres Binjai tersebut, mereka juga diduga menjarah HP dan 5 Anjing.


"Sangat tidak menghargai saya para Polisi itu, saat itu sayapun tidak di rumah hanya pembantu saya Yuliana (35) yang ada, sampai ketakutan dia sampai tidak berani keluar. Memang kalau mau cari orang boleh merusak rumah yah itu menyalah aturan. Yang saya kesalkan lagi HP yang saya taruh di kamar mereka ambil, dengan jebol jendela dan 5 Anjing peliharaan saya juga dibawa, kejadian itu banyak tetangga yang melihat," beber Meii.


Untuk kasus ini kata Meii, sudah dilaporkan ke Bidang Propam Polda Sumut, dan pada Selasa (4/4) Bid. Propam Poldasu sudah mengecek langsung ke rumah yang rusak. Dan AKP Revi Nurvelani sudah dipanggil dan dipriksa Propam Polda Sumut. Namun hasil dari pemeriksaan tersebut belum didapat korban sampai saat ini.


// Terima Upeti 7 Juta Perbulan


Ternyata dibalik kasus ini, menyimpan cerita dari pertemanan baik antara Kasat Reskrim Polres Binjai, AKP Revi Nurvelani dengan Sidong pengusaha pakan ternak di pasar 2 Tandem itu. Bahkan disinyalir perwira balok 3 emas dipundak itu menerima upeti dari Sidong sebesar 7 juta perbulannya. Namun upeti itu dalam jasa apa belum dapat diketahui pastinya.


"Saya heran AKP Revi itu sebelumnya kawan baik dengan Sidong, sehingga Sidong juga memberikan upeti uang 7 juta tiap bulan padanya itu saya saksikan sendiri pada bulan oktober 2013 yang lalu, tapi saya tidak tau untuk apa, dan upeti itu sudah berjalan 1 tahun," bebernya Meii lagi.


Namun dengan kejadian ini Meii mengalami kerugian materil sebanyak 7 juta. Dan berharap pada penegak hukum yang terkait khususnya Poldasu menindak oknum polisi yang melakukan pengerusakan pada rumahnya. "Saya berharap pada Poldasu agar tidak timbang pilih untuk menegakan keadilan," tandas Meii seraya pergi meninggalkan wartawan.


Terpisah, Kasat Reskrim Polres Binjai, AKP Revi Nurvelani saat dikonfirmasi Wartawan membenarkan adanya pengerebekan yang dilakukannya di rumah Meii Jalan Petai no 27 Lingkungan IV Kelurahan Jati Utomo Kecamatan Binjai Utara. Namun akunya saat penggerebekan yang dilakukan tidak ada pengrusakan apalagi penjarahan.

"Benar kita ada menggerebek rumah itu tapi kita tidak ada merusak apalagi mengambil 5 Anjing atau HP," jelasnya.


Perwira 3 balok emas dipundaknya menjelaskan, pengerebekan dilakukan atas dasar kepemilikan gudang pupuk ilegal. Yang mana pupuk bersubsidi dialihkan ke non Sudsidi yang dilakukan Sidong. "Dasar gudang pupuk itulah kita berniat menangkap Sidong," jelasnya.


Disinggung adanya penerimaan upeti dari Sidong setiap bulannya, AKP Revi membantahnya. "Kalau saya menerima upeti yah sudah kaya saya. Dan mana mungkin saya mau menangkapnya," sebut Revi. (admin)


Minggu, 06 Juli 2014

Guburnur Sumut , Gatot Pujo Nugroho Preman ngajak Wartawan Duel








Medan,Batavia Online News


Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho mendadak marah. Di hadapan ratusan petugas Satpol-PP, pegawai dan pengunjung, orang nomor satu di Sumut itu dengan nada tinggi mengajak wartawan POSMETRO MEDAN, Indra Mulia Siagian berkelahi.

Gatot mendadak marah saat ditanya soal temuan BPK terkait hasil audit DBH (Dana Bagi Hasil) sebesar Rp2,2 triliun tahun 2013, yang belum dibayarkan. Diduga kuat, Gatot makin gerah karena di saat bersamaan ratusan massa Kelompok Mahasiswa Cipayung Plus Sumatera Utara berorasi di depan pintu gerbang Pemprovsu untuk meminta klarifikasi kasus yang sama ke Gatot.

Kejadian itu terjadi di lapangan apel kantor Gubsu, Selasa (24/6) siang. Saat itu, Gatot yang baru keluar dari lift menuju gedung lama Pemprovsu langsung disambangi wartawan.

Namun, Gatot enggan berkomentar dan terus berlalu menuju gedung Pemprovsu lama yang berjarak 200 meter dari kantor Gubsu. Karena belum dapat konfirmasi, wartawan koran ini berusaha mengikuti Gatot yang sedang berjalan dengan seorang anak buahnya. Merasa terusik diikuti dan ditanyai, tiba-tiba saja Gatot berhenti. Dengan suara lantang Gatot mengajak wartawan berantam.

“Apa mau kalian wartawan ini? Kalau kelen mau ngajak berantam. saya siap,” tantangnya sembari membusungkan dada. Melihat hal tersebut, 2 ajudan Gatot langsung datang dan mencoba melerai keributan tersebut dengan cara menghalangi wartawan koran ini.

Aksi kedua ajudan tersebut sontak jadi perhatian ratusan petugas Satpol-PP, pegawai dan pengunjuung Pemprovsu yang tengah berada di lokasi. Ironisnya, meski jadi perhatian, Gatot justru terus menantang wartawan Posmetro untuk berantam. Padahal, kala itu wartawan Posmetro mengaku hanya ingin konfirmasi. Tapi Gatot tak peduli, dengan suara keras Gatot berusaha mengejar wartawan koran ini, ia ngotot mengajak berantam.
“Kalau kamu ngajak berantam, saya siap,” pekiknya lagi. Aksi Gatot ini tak hanya jadi perhatian, tapi ratusan petugas Satpol-PP yang berada di lantai 2 gedung Satpol PP juga sempat turun dan langsung berkerumunan melihat kejadian.

Puluhan orang (pengunjung-red) juga terlihat menyemut di depan pintu masuk gedung Pemprovsu. Sadar jadi perhatian, dengan gerak cepat Gatot memilih pergi meninggalkan wartawan yang kala itu masih dihadang 2 ajudannya.

Terpisah, Ketua PWI Sumut, Syahril menilai tindakan yang dilakukan Gatot suatu hal yang sangat aneh sebagai kepala daerah. “Ini ’kan menunjukkan tindakan emosional. Seharusnya, kita meminta kepada pejabat publik untuk menyampaikan aja, jangan sampai menunjukkan dengan emosi. Karena ini ’kan menunjukkan interprestasi yang macam-macam di tengah masyarakat,” kesalnya.

Kemudian, dirinya menyimpulkan tindakan tersebut menunjukkan kepanikan dari Gatot. Padahal, teman-teman wartawan hanya ingin meminta konfirmasi. “Karena yang jadi pejabat itu adalah kepala daerah apa salahnya menyampaikan dengan kesan yang lebih simpatik. Misalnya, meminta wartawan untuk mengkonfirmasi ke bawahannya. Tapi, tindakannya tersebut telah menunjukan sikap kepanikan seorang pejabat daerah. Walaupun kita tidak tau situasinya apakah itu capek ataupun letih,” cibirnya.

Ketua Pusat Study Hukum Peradilan (Pushpa) Sumut, Muslim Muis mengaku, tindakan Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho terhadap wartawan POSMETRO MEDAN dengan mengajak berantam telah melanggar UU No 40 Tahun Tahun 1999 tentang Pers dan bisa dipolisikan.

“Itu bisa dipolisikan lantaran sudah melanggar tindak pidana,” tegasnya.

Lebih lanjut, mantan Direktur LBH Medan ini meminta kepada Mendagri untuk memanggil Gatot dan melakukan evaluasi terkait tindakannya tersebut. “Mendagri harus memanggilnya dan melakukan evaluasi atas tindakannya seperti itu,” tungkasnya.

Bukan itu saja, atas kejadian tersebut dirinya menilai watak asli Gatot yang tempramental terlihat. “Dia itu kan pilihan masyarakat. Dan seharusnya dia itu menerima aspirasi masyarakat. Bukannya marah. Inikan menunjukkan sikap tempramental yang selama ini ditutup-tutupinya,” pungkanya.

Sementara itu, Ketua Divisi Advokasi dan Edukasi KIP Sumut, M Syahyan RW mengatakan, Gubsu, Gatot Pujo Nugroho harus terbuka dan tidak boleh menutupi informasi sesuai dengan UU No 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik.

“UU itu menuntut pejabat harus terbuka jadi tidak semestinya pejabat ditanya soal informasi malah menanggapi dengan cara tidak bersahabat,” jelas Syahyan melalui telepon.

Lebih lanjut, bebernya, jika dilihat kepada UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers, jika seumpanya wartawan meminta konfirmasi haruslah ada hak jawab. “Dari sini, pejabat wajib menjawab setiap konfirmasi kepadanya yang terkait kinerjanya,” pungkasnya.

Terpisah, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan, Monang Hasibuan menyebutkan, Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho tidak layak bersikap arogan terhadap awak media sebagai pejabat nomor satu di Sumatera Utara.

“Pada intinya, ini adalah era keterbukaan informasi. Karena itu, kasus-kasus hukum, kasus korupsi dan dugaan lainnya harusnya Gatot sebagai pejabat tidak boleh risih selama itu sesuai dengan kode etik,” ucap Monang.

Lebih lanjut, Monang mengatakan, mengenai respon Gatot bersikap arogan dengan mengajak berduel dengan wartawan saat dikonfirmasi terkait Dana Bagi Hasil (DBH) Sumut, Gatot tidaklah layak melakukan hal itu sebagai seorang gubernur.

“Pada intinya seorang pejabat harus menujukan sikap bijaksana, seorang pejabat apalagi gubernur seharusnya memberikan jawaban konfirmasi terkait kinerja gubsu yakni dirinya,” jelas Monang.

Kemudian, Monang mengatakan, sesuai etika setiap permasalahan yang terkait dengan kinerja gubsu haruslah dikonfirmasi oleh pejabat terkait. “Ini adalah kritik kepada Gubsu, karena memang harus cepat merespon apapun permasalahan dan persoalan-persoalan di Sumut. Apalagi setiap konfirmasi yang dilakukan wartawan sudah sesuai kode etik dan klarifikasi. Apalagi ini adalah era demokrasi,” tutupnya.(Tim)



Kamis, 19 Juni 2014

Lurah Siti Rejo III Perlu Dievaluasi,Camat Medan Amplas, Akan Tindak Lurah mengutip Uang Pada Warga

Medan-Sumut,Batavia Online

Dari pemerintahan terkecil yakni Kepala Lingkungan,Lurah/ Kepala Desa,Camat,dan seterusnya merupakan pelayan dan Masyarakat adalah orang orang yang dilayani dengan sungguh-sungguh,karna mereka-mereka itu telah diberi Gaji,dan tidak sepatutnya mereka meminta upah atau bayaran dari orang yang mereka layani,apa lagi sampai mematokkan sejumlah uang dengan alasan yang tidak memiliki dasar pada waraga yang membutuhkan pelayanan, seperti yang terjadi di Kelurahan Siti Rejo III,Kecamatan Medan Amplas, seorang Warga bernama Atik, Janda ditinggal Suami untuk selama-lamanya,beberapa pekan yang lalu, Warga Jalan M. Nawi Harahap / Seksama Gang Maju No.20 Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas harus membayar sebesar Rp 300 Ribu kepada sang Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Rahmadsyah Zega S,Sos Nip 19691111 199203 1009 untuk pengurusan surat keteranagan Ahli Waris.


Atik ketika di konfirmasi tentang masalah Lurahnya yang memungut uang sebesar Rp 300 Ribu Rupiah untuk pengurusan Surat keterangan Ahli waris mengatakan,
Uang ini mau di bagi sama camat Rp 150 Ribu,dan untuk uang penataan Lingkungan begitulah kata atik dan keluarganya ketika dikonfirmasi wartawan media Sang Merah Putih Onlines.Com menirukan perkataan Lurah tersebut ,"ujar Atik

Lebih Lanjut Atik menjelaskan Saya (Atik Red) di suruh membuat surat pernyatan, yang ha rus ditulis tangan,dan pihak kelurahan telah menyediakan Matrai 6000.yang mana inti surat pernyataan yang dibuat, atik tidak keberatan kalau pihak kelurahan meminta uang sejumlah Rp 300,- ribu rupiah,karna jika Atik tidak mau membuat surat pernyataan tersebut Lurah tidak mau untuk menandatangani surat keterangan ahli waris tersebut,itulah yang dikatakan pihak kelurahan pada saya,"jelas Atik


Menanggapi hal tersebut, Ketua.LSM Pemuda Penggerak Nasionallisme Indonesia (PPNI) Sumatera Utara Kamis (19/6/2014) siang melihat serius masalah ini. Menurutnya, hal itu sudah jelas apa yang dilakukan Lurah Siti Rejo III itu sebagai penyimpangan prosedur karna Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Kota Medan telah jelas jelas dan langsung meminta uang kepada warganya sebagai bayaran untuk pembuatan surat keterangan ahli waris tersebut


Albertus hutabarat sangat menyayangkan pembuatan surat keterangan Ahli waris dikelurahan Siti Rejo III yang harus bayar 300 Ribu itu tidak ada dalam perda dan itu adalah akal-akalan Lurah itu saja,"tegasnya


Apa lagi menurut Atik dan keluarganya yang sempat mendatangi Lurah. tersebut,bahwa sebelumnya sempat terjadi tawar menawar harga pembuatan surat keterangan Ahli Waris yang mulanya Lurah itu meminta kepada Atik sejumlah 700 Ribu Rupiah, karna Atik tidak memiiki Uang dengan dasar tawar menawar tadi diputuskan oleh sang Lurah menjadi Rp 300 Ribu Rupiah,berarti secara tidak langsung sang Lurah Siti Rejo III itu,telah menjadikan Kantor milik pemerintah Kota Medan itu sebagai Pasar,"jelas ketua LSM Penerus Perjuangan Muklis Laia


Menurutnya lagi dengan begitu itu, jelas kegagalan dari Pemko Medan dan Camat Medan Amplas dalam menempatkan Luruh tersebut. "Yah kalau Lurah itu mata duitan dan setiap warga yang mau mengurus keperluannya harus dengan uang,yah Pemko Medan atau Camat Medan Amplas harus mengganti Lurahnya,buat apa Lurah seperti itu,kan Lurah sebagai perepanjangan tangan dari Pemko Medan,dan Kecamatan, kok malah meminta uang kepada warganya,apa lagi saudari Atik itu orang yang tidak punya,dan Janda,sedangkan Almahum Suaminya semasa hidupnya adalah bekerja sebagai Satpam di Perguruaan Dwiwarna Jalan Gedung Arca Medan dan si Atiknya sendiri sebaai tukang cuci pakaian,seharusnya pemerintah memperhatikan mereka karna mereka tergolong warga yang tidak mampu," sebut
Albertus Hutabarat


Untuk itu, Albertus Hutabarat meminta pada Bapak Walikota,Drs HT Dzulmi Eldin.S.MSi, dan Camat Medan Amplas untuk turun tangan langsung dan mengevaluasi jajarannya bila perlu warga yang bernama Atik sebagai.korban pungutan liar sang Lurah Siti Rejo III ,beserta keluarganya yang waktu itu ikut mendatangi Lurah tersebut dipanggil, dengan begitu tidak akan menjadi presiden buruk di kalangan Pamko Medan dan Kecamatan Medan Amplas "Karena toh kalau Walikota dan Camat sudah turun tangan, tapi masih juga terjadi pungutan terhadap warga berarti Walikota Medan dan Camatnya juga dapat dikatakan gagal. Berarti Walikota yang baru dilantik dan Camat yang baru menjabat di kecamatan Medan Amplas perlu juga di Dievaluasi ," imbuhnya.


Sementara Camat Medan Amplas H. Pahri S Sos M. AP ketika di konfirmasi melalui Telepon Genggamnya mengatakan, bahwa masalah pengutipan Uang sejumlah Rp 300,- ribu rupiah yang dilakukan Lurah Siti Rejo III telah ditanyakannya langsung kepada Lurah Siti Rejo III, Rahmadsyah Zega,bahwa pengutipan itu tidak benar,dan itu tidak ada,dan jika nanti terbukti Lurah Siti Rejo III ada melakukan pengutipan pasti akan kita tindak,"jelas Camat Medan Amplas H. Pahri S Sos M. AP


//// Sebelumnya pernah juga diberitakan
Atik kepada wartawan Media ini mengatakan, Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas minta biaya pengurusan surat keterangan Ahli Waris sebesar Rp 300.000,-ribu rupiah ,Atik juga mengatakan yang mana sebelumnya Lurah siti Rejo III itu  meminta Rp 700,000,-ribu rupiah, namun karna ketidak sanggupan Atik  akhirnya Lurah tersebut meminta bahkan mematokkan Rp 300,000.-ribu rupiah ,dengan terpaksa  dan sedih atikpun berusaha mencari dengan jalan  meminjam uang kesana kemari,setelah mendapatkan uang tersebut,atikpun langsung memberikannya kepada Sang lurah siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas tersebut, Pada hal waktu itu atik masih dalam keadaan berduka karna Suaminya meninggal dunia pada akhir Mei lalu.


Atik juga menceritakan,pada hal saya mengurus surat keterangan Ahli waris itu untuk keperluan administrasi pengambilan  uang di salah satu Bank,  uang yang mau saya ambil ke Bank itu tidak banyak hanya Rp 1000,000,,rupiah namun dengan terpaksa saya harus  membayar Rp 300,000,ribu rupiah kepada Lurah tersebut, agar saya bisa mendapatkan surat keterangan Ahli waris ,"ujar Atik 


Dan yang sangat menyedih lagi, kata Ibu yang ditinggal suami untuk selama lamanya tersebut ,waktu itu saya harus kembali ke Kamtor Lurah karna surat keterangan ahli waris yang diberikan pihak Kelurahan salah,jadi pihak Bank tidak bisa mencairkan uang teresebut,


Namun kekecewaan Atik terulang kembali,disebabkan pihak kelurahan meminta uang lagi,agar surat keterangan ahli waris yang sangat dibutuhkan Atik dapat di pernbaiki kembali dan  karna surat itu ada kesalahan dirinya belum dapat mengambil yang dibutuhkannya,


Lebih Lanjut atik menjeleskan,Dengan terpaksa karna saya tidak memili uang lagi,sayapun meceritakan hal ini kepada keluarga dan teman Almarhum suami saya,sehingga keluarga dan teman almarhum suami  saya, mendatangi Lurah yang tidak memiliki perasaan tersebut,dan akhirnya surat tersebutpun saya dapatkan karna bantuan keluarga dan tetangga saya," keluh Atik sembari meneteskan air mata


Sembari meteskan air mata atik sempat berucap sakit kali rasanya bang,hanya tuhanlah yang tau bagai mana sakitnya hati saya ini,saya ini orang susah,jangankan 300,000.ribu diminta lurah itu "3000.000,- jutapun saya kasih pada Lurah itu jika saya orang kaya,dan harta peninggalan suami saya banyak.biar tau aja, untuk makan saja susah,suami saya semasa hidupnya hanya seorang Satpam di Perguruan Dwi Warna Jalan Gedung Arca teladan Medan,bayangkan aja berapalah gajinya. sedangkan saya hanya sebagai tukang cuci pakaian,ya biar ajalah bang semoga pak lurah itu sehat-sahat saja,"ujar Atik sambil menghapus air matanya.


Sementara Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Rahmadsyah Zega S,Sos Nip 19691111 199203 1009 ketika dihubungi melalui Telepon Genggamnya Kamis (12/6/2014) sore masih dapat berkelit dan membantah tidak mengakui kalau dirinya menerima Uang dari Warganya bernama Atik sejumlah Rp 300,000,ribu rupiah,sebagai uang pengurusan Surat lketerangan Ahli Waris


selajutnya,Lurah tersebut juga mengatakan nanti saja kita bicarakan, karna saya lagi rapat semua itu tidak benar ,"kelitnya (BAR)

Kamis, 12 Juni 2014

Pak Walikota Medan Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Pungut Rp 300.000,- Biaya Pengurusan Surat Keterangan Ahli Waris









Medan-Bataia Online

Warga Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas keluhkan Biaya Pengurusan Surat ketetangan Ahli Waris yang sangat mencekik leher hal ini di alami
Atik (44)  Warga Jalan M.Nawi Harap/Seksama Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas yang baru satu minggu di tinggal Suaminya untuk selama lamanya,sangat mengeluhkan pelayanan administrasi pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris di Kantor Kelurahan Siti Rejo III, Atik  juga mempertanyakan kepada Bapak Walikota Medan Dzumi Eldin, kenapa pengurusan Surat keterangan Ahli Waris  yang diminta  Lurahan Siti Rejo III,Kecamatan Medan Amplas  sangat Mahal,Apakah itu perintah Bapak???


Atik kepada wartawan Media Sang Merah Putih Onlines.Com  mengatakan, Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas minta biaya pengurusan surat keterangan Ahli Waris sebesar Rp 300.000,-ribu rupiah ,Atik juga mengatakan yang mana sebelumnya Lurah siti Rejo III itu  meminta Rp 750,000,-ribu rupiah, namun karna ketidak sanggupan Atik  akhirnya Lurah tersebut meminta bahkan mematokkan Rp 300,000.-ribu rupiah ,dengan terpaksa  dan sedih atikpun berusaha mencari dengan jalan  meminjam uang kesana kemari,setelah mendapatkan uang tersebut,atikpun langsung memberikannya kepada Sang lurah siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas tersebut, Pada hal waktu itu atik masih dalam keadaan berduka karna Suaminya meninggal dunia pada akhir Mei lalu.

Atik juga menceritakan,pada hal saya mengurus surat keterangan Ahli waris itu untuk keperluan administrasi pengambilan  uang di salah satu Bank,  uang yang mau saya ambil ke Bank itu tidak banyak hanya Rp 1000,000,,ripiah namun dengan terpaksa saya harus  membayar Rp 300,000,ribu rupiah kepada Lurah agar saya bisa mendapat surat keterangan Ahli waris ,"ujar Atik  

Dan yang sangat menyedih lagi, kata Ibu yang ditinggal suami untuk selama lamanya tersebut ,waktu itu saya harus kembali ke Kamtor Lurah karna surat keterangan ahli waris yang diberikan pihak Kelurahan salah,jadi pihak Bank tidak bisa mencairkan uang teresebut,

Namun kekecewaan Atik terulang kembali,
disebabkan pihak kelurahan meminta uang lagi,agar surat keterangan ahli waris yang sangat dibutuhkan Atik dapat di pernbaiki kembali dan  karna surat itu ada kesalahan dirinya belum dapat mengambil yang dibutuhkannya,



Lebih Lanjut atik menjeleskan,Dengan terpaksa karna saya tidak memili uang lagi,sayapun meceritakan hal ini kepada keluarga dan teman Almarhum suami saya,sehingga keluarga dan teman almarhum suami  saya, mendatangi Lurah yang tidak memiliki perasaan tersebut,dan akhirnya surat tersebutpun saya dapatkan karna bantuan keluarga dan tetangga saya," keluh Atik sembari meniikan air mata

Sembari meteskan air mata atik sempat berucap sakit kali rasa bang,hanya tuhanlah yang tau bagai mana sakitnya hati saya ini,saya ini orang susah,tidak usa 300,000."3000.000,- pun saya kasih pada Lurah itu jika saya orang kaya,dan harta peninggalan suami saya banyak.ini apa untuk makan saja susah,suami saya semasa hidupnya hanya seorang Satpam di Perguruan Dwi Warna Jalan Gedung Arca teladan Medan,bayangkan aja berapalah gajinya. sedangkan saya hanya sebagai tukang cuci pakaian,ya biar ajalah bang semoga pak lurah itu sehat-sahat saja,"ujar Atik sambil menghapus air matanya.

Sementara Lurah Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas Rahmadsyah Zega S,Sos Nip 19691111 199203 1009 ketika dihubungi melalui Telepon Genggamnya Kamis (12/6/2014) sore masih dapat berkelit dan membantah tidak mengakui kalau dirinya menerima Uang dari Warganya bernama Atik sejumlah Rp 300,000,ribu rupiah,sebagai uang pengurusan Surat lketerangan Ahli Waris

selatjut Lurah tersebut juga mengatakan nanti saja kita bicarakan, karna saya lagi rapat semua itu tidak benar ,"kelitnya (LA)



Pak Wali kota Medan Kenapa Mahal mengurus surat pernyatan ahli waris di Kelurahan Siti Rejo III,Kecamatan Medan Amplas

Medan,Batavia Online

Mangkin tahun mangkin mahal berurusan di pemerintahan di Indonesia .Baik di pusat maupun di daerah seperti kejadian di Kota Medan  yang sedang dipimpin Wali Kota Medan Dzumi Eldin


Tepatnya di Kelurahan Siti Rejo III kecamatan Medan Amplas Kota Medan ini, meminta dan
mematokkan pada warganya bernama Atik uang sebesar Rp 300 ribu rupiah dalam pengurusan surat pernyatan ahli waris, guna untuk mengambil uang tabungan Suaminya yang telah meninggal Dunia pada akhir Mei 2014 yang lalu disalah satu Bank yang ada di kota medan



Atik melalui keluarganya.melalui telepon Genggam (HP) Rabu (11/6/2014) sore menceritakan kepada Wartawan media Sang Merah Putih Onlines.Com bahwa pihak Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas melalui Lurah  meminta uang biaya sebesar Rp300 ribu rupiah, yang mana sebelumnya pihak Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas meminta kepada Janda yang ditinggal suami untuk selama-lamanya ini.Sejumlah Rp 750,000,-(Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)untuk pengurusan surat pernyataan Ahli Waris,namun akhirnya karna Atik tidak mampu pihak Kelurahan meminta sejumlah uang sejumlah Rp 300,000,-(Tiga RatusRibu Rupiah)



Wah.... mahal benar biaya adminitrasi pengurusan Surat pernyataan Ahli Waris di Kota medan,apakah mungkin ini perintah sang Wali Kota Medan ,dan apakah mungkin karna Camat Medan Amplas yang baru saja menjabat,dan apakah mungkin ini perintah Lurah Siti Rejo III kepada pegawainya harus menetapkan sejumlah uang apa bila ada warga yang ingin mengurus keperluannya dan dampak dari ini semua akan menjadi Presiden buruk bagi pemerintah jika warga terus menerus menjadi sasaran oknum-oknum yang menuhankan rupiah di Republik Indonesia tercinta ini


Sebaiknya kepada warga yang menjadi korban oknum-oknum yang menuhankan rupiah,banyak-banyaklah berdoa, miminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Republik Indodesia yang tercinta ini di pimpin oleh orang yang tidak menuhankan rupiah,baik di tingkat bawah maupun tingkat atas


Sangat diharapkan kepada pemerintah yang berkompeten agar warga yang sudah susuh jangan disusahkan lagi,apa lagi menurut Informasinya bahwah Almarhum Suami Atik semasa hidupnya adalah seorang Satpam di Yayasan Dwi Warna Jalan Gedung Arca Medan.


Kini Atik beserta keluarganya sangat berharap kepada Pemerintah Kota Medan, Pemerintah sumatera Utara,dan Pemerintah Pusat,agar dapat menindak lanjuti keluhannya,karna mungkin masih banyak Atik-Atik yang lain mengalami hal seperti ini yang menjadi korban mahalnya biaya Administrasi yang mungkin menurutnya dari pemerintah yang diatas Lurah dan Camat tidak ada kutipan atau bayaran yang sangat mahal,"pungkas seorang Janda ditinggal suami untuk selama-lamanya dan kini Atik harus menjadi Ayah dan sekaligus Ibu demi menyambung hidup dirinya serta anak-anak yang telah menjadi yatim (La)

Minggu, 08 Juni 2014

'Isu penculikan aktivis 1998 bukan kampanye hitam'








 
Foto Internet Ilustrasi   

Merdeka.com - Jika Fadli Zon selalu menyebut bahwa pemberitaan mengenai kasus hilangnya 13 aktivis adalah kampanye 5 tahunan yang ditujukan untuk menjegal Prabowo Subianto menjadi Capres, secara tegas, mantan aktivis sekaligus politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem), Taufik Basari membantahnya.

Menurutnya kasus penghilangan paksa Tim mawar merupakan kasus lama yang sudah 16 tahun berlalu. Begitu lamanya, karena pilpres ini seolah-olah dinaikkan kembali. Padahal, setidaknya 23 korban yang berhasil selamat, sisanya 13 orang belum kembali 1 orang meninggal.

"Jelas-jelas, sudah ada pengakuan dari tim mawar yang juga udah diperiksa, dibawa ke persidangan, namun sayangnya hukumannya sangat ringan," jelasnya saat diskusi Forum Mahasiswa Ciputat yang mengangkat tema 'penculikan: fakta atau fitnah?' di Hotel Whiz, Cikini, Jakarta, Minggu (8/6).

Di samping itu, hadir juga Syamsu Djalal sebagai pembicara. Dia ikut menegaskan bahwa kehadirannya sebagai pembicara dalam diskusi ini adalah penyampaian fakta.

"Tolong jangan bilang kampanye hitam. Saya netral. Saya tidak membuka aib orang, menyampaikan fakta." ujarnya.

Dia membenarkan, bahwa kasus penculikan itu benar ada. Sebab, saat itu dia mendapatkan tugas polisi militer pada saat itu.

"Kasus penculikan itu betul. Hasil dari penyidikan militer saat itu, betul. Di sidang itu, tapi ya si pelakunya, otaknya, alasannya ya karena beliau mantu dari presiden," tandasnya.

"Ini fakta bukan fitnah. Kenapa tidak dihukum pengadilan militer. Wallauhu alam saya tidak tahu, kewajiban saya cuma melakukan penyidikan."

Dia pun menceritakan, bahwa dia sempat memanggil Sudi Silalahi saat itu menjadi kasad dan menanyakan, ke mana orang-orang yang diculik itu.

"Di, sini kau, kau jangan bohong, anak yang hilang ke mana dia?," cerita Syamsu Djalal.

"Sambil memainkan gantungan kunci, dia menyebutkan 'wah bang terbakar di ruko bang'," lanjutnya.

Sementara itu, aktivis 1998, Mugiyanto dan mantan anggota komnas HAM Syamsu yang juga membenarkan keterlibatan Prabowo Subianto dalam kasus penghilangan secara paksa beberapa aktivis pada 1998 lalu. Lebih jauh, dalam diskusi ini, para pembicara mendesak pemerintah untuk mengusut dan kasus ini harus ada pertanggungjawabannya.

Jumat, 06 Juni 2014

RISIH DIBERITAKAN TANGKAP LEPAS OLEH WARTAWAN DUA PERWIRA POLSEK MEDAN BARU USIR PAKSA DAN LARANG WARTAWAN MASUK KE MAKO POLSEK BARU

POLSEK MEDAN BARU,BATAVIA ONLINE NEWS

DUA OKNUM PERWIRA POLISI MASING MASING IPDA HARJUNA BANGUN DAN IPDA AT PAKPAHAN BERTINDAK AROGAN//PEJABAT PANIT I DAN PANIT II RESKRIM POLSEK MEDAN BARU INI MENGUSIR WARTAWAN TVONE YANG SETIAP HARINYA BERTUGAS MELIPUT DI MAKO POLSEK MEDAN BARU DENGAN CARA MENDORONG PAKSA LAYAKNYA MENGUSIR BINATANG SAAT HENDAK MASUK KE TOILET UMUM//SELAIN ITU DIHARI BERSAMAAN/IPDA HARJUNA BANGUN DAN IPDA AT PAKPAHAN JUGA MELARANG WARTAWAN KORAN HARIAN SINAR INDONESIA BARU (SIB)  SESAAT HENDAK MASUK KE TOILET UMUM YANG TERSEDIA DI MAKO POLSEK MEDAN BARU//INSIDEN INI BERUJUNG RICUH ANTARA WARTAWAN DENGAN DUA PERWIRA POLSEK MEDAN BARU TERSEBUT////


BEGINILAH SIKAP AROGANSI PANIT I DAN PANIT II RESKRIM POLSEK MEDAN BARU/IPDA HARJUNA BANGUN DAN IPDA AT PAKPAHAN//MEREKA BERSAMA SAMA AWALNYA MELARANG KERAS DUA OKNUM WARTAWAN CETAK DAN WARTAWAN TVONE MASUK KE TOILET UMUM YANG ‎ADA DI DALAM RUANGAN UJUNG MAKO POLSEK MEDAN BARU//KEDUA PERWIRA POLISI INI BERDALIH MAKO POLSEK MEDAN BARU ADALAH KANTOR MEREKA//SEHINGGA WARTAWAN YANG BERTUGAS DI UNIT POLSEK MEDAN BARU DILARANG MASUK////

INSIDEN INI TERJADI PASCA TEPERGOKNYA AKSI KOBOY KEDUA PANIT RESKRIM POLSEK MEDAN BARU INI MENODONGKAN SENJATA API DAN MENYIKSA TAHANAN DI DALAM SEL LANTAI II MAKO POLSEK MEDAN BARU//INSIDEN INI TERJADI TANGGAL 20 MEI 2014 LALU SEKITAR PUKUL 19.45 WIB//BAHKAN AKSI PERWIRA POLISI YANG BARU BERTUGAS DI POLSEK MEDAN BARU

INI TEREKAM DATA KAMERA CCTV YANG ADA DI MAKO POLSEK MEDAN BARU//SELAIN ITU PEMBERITAAN WARTAWAN TERKAIT KASUS TANGKAP LEPAS DI MAKO POLSEK MEDAN BARU MENYEBABKAN KEDUA OKNUM PANIT RESKRIM INI SENSITIF DAN AROGAN TERHADAP WARTAWAN////


PASCA INSIDEN INI/WARTAWAN TVONE YANG MENJADI KORBAN TELAH MELAPORKAN KEJADIN TERSEBUT KE PEJABAT KANIT RESKRIM POLSEK MEDAN BARU/IPTU ALEXANDER//BAHKAN WARTAWAN JUGA MELAPORKAN INSIDEN TERSEBUT KEPADA KAPOLRESTA MEDAN//KAPOLRESTA MEDAN/KOMBES POL NICO AFINTA KARO KARO BERJANJI AKAN MENINDAK LANJUTI TINDAKAN AROGAN KEDUA OKNUM PANIT RESKRIM POLSEK MEDAN BARU TERSEBUT///(Admin/BRE)